BPSIP Sulteng Sosialisasikan SNI IndoGAP di Parigi Moutong
Parimou, 6-7 November 2024. Tim Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Sulawesi Tengah sosialisasikan SNI 8969:2021 Indonesian Good Agricultural Practices (IndoGAP) atau cara budidaya tanaman pangan yang baik. Selain itu, dilakukan pula identifikasi para pelaku utama/usaha tanaman pangan berkaitan dengan kegiatan identifikasi standar instrumen pertanian spesifik lokasi tanaman pangan yang dilaksanakan BPSIP Sulteng tahun ini. Sosialisasi dan identifikasi dilaksanakan selama dua hari di dua lokasi yakni di Kecamatan Toribulu dan Kecamatan Balinggi, Parigi Moutong.
Acara sosialisasi dibuka oleh Kepala BPSIP Sulawesi Tengah (Dr. Femmi Nor Fahmi, S.Pi., M.Si) di ruang pertemuan kantor UPTD Toribulu dihadiri Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Parimo yang diwakili Kepala BPP Toribulu, tim BPSIP Sulteng, penyuluh dan 40 orang perwakilan petani Kecamatan Toribulu selaku peserta utama sosialisasi.
Materi Sosialisasi SNI 8969:2021 IndoGAP disampaikan oleh fungsional penyuluh yang juga sebagai Ketua Tim Kerja Program dan Evaluasi BPSIP Sulteng (Andi Dalapati, STP., MP). Dalam sesi diskusi petani menyampaikan berbagai kendala yang dihadapi dalam usaha taninya seperti kurang tersedianya benih unggul bersersitifikat pada saat mau menanam dan serangan hama/penyakit di pertanaman. Kendala-kendala tersebut menjadi salah satu hal utama yang didalami tim BPSIP Sulteng dalam wawancara pada hari itu di Toribulu (06/11/2024).
Tidak jauh berbeda dengan di Toribulu, sosialisasi dan identifikasi di Kecamatan Balinggi (07/11/2024) juga diikuti sekitar 45 orang petani sebagai peserta utama, koordinator penyuluh Dinas TPH Parimo, penyuluh wilayah Balinggi serta tim BPSIP Sulteng. Dalam sesi diskusi usai penyampaian materi Sosialisasi SNI 8969:2021 IndoGAP oleh Andi Dalapati, STP., MP, petani juga menyampaikan beberapa kendala yang dihadapi diantaranya penggunaan benih unggul tidak bersertifikat dan banyaknya hama keong dipertanaman.
Selama ini penggunaan benih tidak efisien karena setiap 1 hektar petani membutuhkan benih sebanyak 100 kg, dari yang seharusnya hanya 25 kg per hektar. Kondisi ini dilakukan petani untuk mengantisipasi serangan keong. Menurut mereka dengan menggunakan sistem tanam pindah, akan rugi jika hanya menanam 1-2 rumpun tanaman saja sebagaimana anjuran teknologi karena akan habis dimakan oleh keong, makanya petani mengantisipasi dengan menaman hingga 5 rumpun tanaman, dengan harapan masih akan ada yang tersisa dimakan keong.
Seperti juga di Toribulu, kendala dan permasalahan yang disampaikan petani digali lebih mendalam oleh tim BPSIP Sulteng saat melakukan wawancara hari itu (07/11/2024).