Koordinasi Percepatan Tanam di Kabupaten Donggala: Antisipasi Ketersediaan Pangan dan Kendala Air
Donggala, Sulteng - Kegiatan koordinasi guna mempercepat tanam di Kabupaten Donggala telah digelar dengan sukses di dua wilayah, yakni Kecamatan Labuan dan Kecamatan Banawa Selatan. Di Kecamatan Labuan Desa Labuan Panimba, pertemuan berlangsung di Pos Penyuluhan Pertanian Desa Labuan Panimba, melibatkan beragam pihak terkait seperti Kepala BPSIP Sulawesi Tengah, perwakilan TNI (Perwira Penghubung, Danramil dan Babinsa), Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Donggala, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Simou, Kepala Puskeswan, Kepala Desa Labuan Panimba, Ketua Gapoktan, Ketua-ketua Poktan, penyuluh-penyuluh se Kecamatan Labuan serta tokoh masyarakat.
Salah satu fokus utama dalam pertemuan tersebut adalah upaya peningkatan luas tanam, terutama untuk padi, guna mengantisipasi ketersediaan pangan saat ini. Kepala Desa Labuan Panimba menyampaikan apresiasi atas kerjasama yang baik antara berbagai pihak terkait dalam upaya ini, sementara Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas TPHP Kabupaten Donggala (Merlin, SP), menjelaskan bahwa kegiatan koordinasi ini merupakan kelanjutan dari survei sebelumnya untuk mengeksplorasi potensi lahan yang dapat dimanfaatkan.
Kepala BPSIP Sulawesi Tengah (Dr. Femmi Nor Fahmi, SP., M.Si), menekankan bahwa Kementerian Pertanian melakukan tiga kegiatan yang difokuskan pada optimalisasi lahan, penambahan areal tanam, dan pompanisasi sebagai bagian dari strategi nasional dalam penanganan pangan khususnya padi. Pihak TNI dalam hal ini Perwira Penghubung, Danramil dan Para Babinsa juga mengharapkan agar kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggungjawab sehingga dapat sukses.
Koordinasi di Kecamatan Banawa Selatan juga menyoroti tantangan dalam hal ketersediaan air untuk pertanian. Potensi penambahan areal tanam sebesar 110 hektar menjadi fokus utama, namun kendala terkait kurangnya air menjadi perhatian utama. Meskipun tersedia sumber air dengan pompa, debit air yang dihasilkan tidak mencukupi untuk kebutuhan lahan persawahan.
Upaya untuk mengatasi masalah ini telah dirancang, dengan mencari solusi alternatif seperti memanfaatkan sumber air dari sungai di desa tetangga. Namun, masih diperlukan pembuatan saluran air yang memadai untuk mengalirkan air ke lahan pertanian yang membutuhkan. Koordinasi ini tidak hanya sebatas pembicaraan, tetapi juga mencakup diskusi mendalam tentang ketersediaan benih, sumber air, serta alat dan mesin pendukung lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan tanam.
Dengan sinergi antara berbagai pihak terkait, diharapkan bahwa upaya percepatan tanam di Kabupaten Donggala dapat berjalan lancar dan memberikan kontribusi signifikan terhadap ketersediaan pangan di wilayah tersebut. Jayalah Pertanian Indonesia